Sabtu, 15 Desember 2012

PROPOSAL PENYULUHAN HIV/AIDS


PROPOSAL PENYULUHAN
HIV/AIDS

Topik                          : Mengetahui cara penularan dan pencegahan HIV dan AIDS
Tujuan
  • Tujuan Umum             : Peserta penyuluhan diharapkan dapat memahami dan mengetahui    definisi,cara penularan dan pencegahan HIV dan AIDS.
  • Tujuan Khusus            :
-          Peserta mampu mengetahui pengertian,tanda gejala,penyebab,cara penulara   dan pencegahan HIVdan AIDS
-          Peserta mampu melakukan langkah-langkah pencegahan HIV dan AIDS
-          Peserta yang merupakan keluarga dari pasaien HIV/AIDS mampu merawat dan memahami pasien dengan HIV dan AIDS












KARAKTERISTIK AUDIENS
Audiens atau peserta penyuluhan adalah orang-orang yang berkunjung ke Poliklinik Jiwa RS Ernaldi Bahar pada saat penyuluhan dilakukan.
PROSES PELAKSANAAN
Orientasi
a.       Kontrak waktu dan tempat
Hari/Tanggal    : Rabu, 23 November 2011
Waktu              : 08.00 wib
Tempat                        : Ruang tunggu Poliklinik RS Dr. Ernaldi Bahar Palembang
b.      Pelaksana
Moderator        : Rio Satria
Penyaji             : Nisaul Khamra
Notulen                        : Shintia Zilfiyanti
Observer          : Novita Indri
                          Putri Rizky
                          Citra Sari
Operator          : Selvia Intan
c.       Salam Perkenalan
Penyuluh memperkenalkan diri
d.      Penjelasan perkenalan diri
“bapak/Ibu peserta penyuluh perlu diketahui bahwa tujuan dari penyuluhan ini adalah untuk mencegah penularan penyakit HIV dan AIDS agar tidak semakin menjamur di kalangan masyarakat melalui pemberian pengetahuan mengenai definisi, penyebab, tanda dan gejala, cara penularan, dan cara pencegahan”.
KERJA
a.       Langkah-langkah kegiatan penyuluhan
1.      Penjelasan tujuan dilaksanakannya penyuluhan tentang HIV/AIDS
2.      Menjelaskan materi tentang HIV dan AIDS
3.      Berdiskusi dengan peserta penyuluhan, yang dibagi menjadi 2 (dua) sesi, dengan masing-masing sesi terdapat 2(dua) pertanyaan.


TERMINASI
a.       Evaluasi respon subjektif
Meminta salah seorang peserta menyebutkan isi kesimpulan penyuluhan yang telah diberikan
b.      Evaluasi respon objektif
Observasi respon perilaku audiens selama penyuluhan
c.       Tindak Lanjut
Audiens dapat memahami dan menerapkan cara pencegahan HIV/ AIDS bagi dirinya dan berbagi pengetahuan dengan orang lain.

SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik               : Mengetahui cara penularan dan pencegahan HIV dan AIDS
Tanggal            : Rabu,23 November 2011
Pukul               : Pukul 09.00 WIB
Pelaksana         : - Rio Satria 
  • Nisaul Khamra 
  • Shintia Zilfiyanti 
  • Novita Indri 
  • Putri Rizky
  • Citra Sari 
  • Selvia Intan
Tujuan
Tujuan Umum 
Peserta penyuluhan diharapkan dapat memahami dan mengetahui defiisi,cara penularan, ddan pencegahan HIV dan AIDS
Tujuan Khusus
-          Peserta mampu mengetahui pengertian,tanda gejala,penyebab,cara penulara dan pencegahan HIV dan AIDS
-          Peserta mampu melakukan langkah-langkah pencegahan HIV dan AIDS
-          Peserta yang merupakan keluarga dari pasaien HIV/AIDS mampu merawat dan memahami pasien dengan HIV dan AIDS
Saran
Saran dari penyuluhan ini adalah agar pasien rawat jalan baru maupun lama beserta keluarga yang mendampingi saat berobat di poliklinik jiwa RS Ernaldi bahar.
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan
penyuluh
peserta
waktu
Pembukaan


·  Memberi salam
·  Memperkenalkan diri
·  Menjelaskan tujuan
·      Menjawab salam
·      Memperhatikan
5 menit
Isi


















Penutup
·  Menyebutkan dan menjelaskan pengertian,tanda dan gejala,cara penularan dan pencegahan HIV dan AIDS
·  Menjelaskan peserta mampu melakukan langkah-langkah pencegahan HIV dan AIDS
·  Menjelaskan peserta yang merupakan keluarga dari pasien HIV dan AIDS mampu merawat dan memahami pasien dengan HIV dan AIDS.

·  Memberikan kesempatan pada peserta penyuluhan untuk bertanya

· Menyampaikan salam penutup.

·     Memperhatikan dan mendengaran




·     Memperhatikan dan mendengaran



·     Memperhatikan dan mendengaran







·  Bertanya
·  Menjawab salam
5 menit



















10 menit
 Metode :
-          Ceramah dan Tanya jawab
-          Media dan Alat
-          Leaflet

LANDASAN TEORI
1.      PENGERTIAN
HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV yang di tandai dengan menurunnya system kekebalan tubuh sehingga pasien AIDS mudah diserang oleh infeksi oportunistik dan kanker. (Djauzi dan Djoerban,2003)
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( center for disease control and prevention).
2.      ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama HTL II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebutkan Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang diularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
Yang ditularkan melalui :
1.      Hubungan seksual ( resiko 0,1 – 1%
2.      Darah
a) Transfuse darah yang mengandung HIV ( resiko 90 – 98)
b) Tertusuk jarum yang mengandung HIV ( resiko 0,3)
c) Terpapar mukosa yang mengandung HIV (resiko 0,09 )
3.      Transmisi dari ibu ke anak ( rusak 25 – 45 % )
a) Selama kehamilan ( rusak 7% )
b) Saat persalinan ( rusak 18 % )
c) Air susu ibu ( rusak 14 % )
4.      Transmisi vertikel HIV
Tanpa intervensi : resiko total 35 %
§  Selama kehamilan ( resiko 7% )
§  Melahirkan (resiko 18 %)
§  Sesudah persalinan ( resiko 13 %)
(Sumber: Wordpress.com)
3.      TANDA DAN GEJALA
Stadium klinis ( stadium 1 – 4 )
Stadium klinis HIV ( WHO )
1.      Stadium klinis 1 :
§  Asimtomatis
§  Limfadenopati generalisasi persistemt ( LGP )
(Pembesaran kelenjar getah bening dibeberapa tempat yang menetap)
2.      Stadium klinis 2 :
§  BB menurun <10 % dari BB semula
§  Kelainan kulit dan mukosa ringan seperti : dermatitis seboroik, infeksi jamur kuku, ulkus oral
§  Herpes zozter dalam 5 tahun terakhir
§  Infeksi saluran napas bagian atas berulang seperti sinusitis bacterial
3.      Stadium klinis 3 :
§  BB terus menurun > 10 % dari BB semula
§  Diare kronis yang tidak diketahui penyebabnya berlangsung > 1 tahun
§  Demam tanpa sebab yang jelas
§  Kandidiasis oral
§  TB paru dalam 1 tahun terakhir
§  Infeksi bakteri berat (pneumonia)
§  Herpes zozter yang berkomplikasi
4.      Stadium klinis 4 :
§  Badan menjadi kurus
§  Pneumocystis carinii pneumonia (pcp)
§  Toksoplasmosis pada otak
§  Infeksi virus heper simpleks
§  Mikosis ( infeksi jamur )
§  Kandidiasis eosofagus, trakea, bronkus atau paru
§  Sarcoma koposi
§  Limfoma
Tanda dan gejala dimulai beberapa minggu sampai beberapa bulan sebelum timbulnya infeksi oportonistik :
§  Demam
§  Malaise
§  Keletihan
§  Keringat malam
§  Penurunan BB
§  Diare kronik
§  Limfadenopati umum
§  Kandidiasis oral

4.      MANIFESTASI KLINIS
Penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai semua organ.penyakit yang berkaitan dengan HIV/AIDS terjadi akibat unfeksi, malignansi atau efek langsung HIV pada jaringan tubuh.
Penyakit yang sering ditemukan:
a.       Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carinii, gejala napas yang pendek, sesak napas ( dispnea),batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai palbagai infeksi oportunis,seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium aviumintracellulare (CMV)
Dan legionella.
b.      Gastrointestinal
Mencakup hilangnya selera makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta esophagus,dan diare kronis.
1.      Kanker
2.      Sarcoma Kaposi
3.      Limfoma burkit
4.      Penurunan imunitas

5.      PATOFISOLOGI
§  Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans (sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi HIV dan terkonsentrasi di kelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. HIV menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka HIV menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyak kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
§  Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti dengan berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
§  Seseorang yang terinfeks HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala ( asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel/ml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300/ ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
§  Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunustik ) muncul, jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensi AIDS.

6.      PENATALAKSANAAN
A.  Pengobatan suporatif
Tujuan :
§  Meningkatkan keadaan umum pasien
§  Pemberian gizi yang sesuai
§  Obat simptomatik dan vitamin
§  Dukungan psikilogis

B.  Pengobatan infeksi oportunistik
Infeksi :
§  Kandidiasis eosofagus
§  Tuberculosis
§  Toksoplasmosis
§  Herpes
§  Pcp
§  Pengobatan yang terkait AIDS,Limfoma malignum,sarcoma Kaposi dan sarcoma servik,di sesuaikan dengan standar terapi penyakit kanker.
Terapi :
§  Flikonasol
§  Rifampisin, INH, Etambutol, pirazinamid, stremptomisin
§  Pirimetamin, sulfadiazine, asam folat
§  Asiklovir
§  Kotrimoksazol

C.  Pengobatan anti retro virus ( ARV )
Tujuan :
§  Mengurangi kematian dan kesakitan
§  Menurunkan jumlah virus
§  Meningkatkan kekebalan tubuh
§  Mengurangi resiko penularan

D.    Upaya Pencegahan
Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan:
·            berpantang seks
·            hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
·            seks non-penetratif
·            penggunaan kondom  pria atau kondom wanita secara konsisten dan benar
Cara tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:
·         Bila anda seorang pengguna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan kembali.
·         Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar standar keamanan darah dilaksanakan.

Bagi pengguna narkoba, langkah-langkah tertentu dapat diambil untuk mengurangi risiko kesehatan masyarakat maupun kesehatan pribadi, yaitu:
·         Beralih dari napza yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum secara oral.
·         Jangan pernah menggunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air, atau alat untuk menyiapkan napza.
·         Gunakan semprit baru (yang diperoleh dari sumber-sumber yang dipercaya, misalnya apotek, atau melalui program pertukaran jarum suntikan) untuk mempersiapkan dan menyuntikkan narkoba.
·         Ketika mempersiapkan napza, gunakan air yang steril atau air bersih dari sumber yang dapat diandalkan.
·         Dengan menggunakan kapas pembersih beralkohol, bersihkan tempat yang akan disuntik sebelum penyuntikan dilakukan.

Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Tanpa adanya intervensi apapun, sekitar 15% sampai 30% ibu dengan infeksi HIV akan menularkan infeksi selama masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air susu ibu meningkatkan risiko penularan sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung pada faktor- faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa menyusui. Penularan dari Ibu ke Anak dapat dikurangi dengan cara berikut:
·         Pengobatan: Jelas bahwa pengobatan preventatif antiretroviral jangka pendek merupakan metode yang efektif dan layak untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak. Ketika dikombinasikan dengan dukungan dan konseling makanan bayi, dan penggunaan metode pemberian makanan yang lebih aman, pengobatan ini dapat mengurangi risiko infeksi anak hingga setengahnya. Regimen ARV khususnya didasarkan pada nevirapine atau zidovudine. Nevirapine diberikan dalam satu dosis kepada ibu saat proses persalinan, dan dalam satu dosis kepada anak dalam waktu 72 jam setelah kelahiran. Zidovudine diketahui dapat menurunkan risiko penularan ketika diberikan kepada ibu dalam enam bulan terakhir masa kehamilan, dan melalui infus selama proses persalinan, dan kepada sang bayi selama enam minggu setelah kelahiran. Bahkan bila zidovudine diberikan di saat akhir kehamilan, atau sekitar saat masa persalinan, risiko penularan dapat dikurangi menjadi separuhnya. Secara umum, efektivitas regimen obat-obatan akan sirna bila bayi terus terpapar pada HIV melalui pemberian air susu ibu. Obat-obatan antiretroviral hendaknya hanya dipakai di bawah pengawasan medis.
·         Operasi Caesar: Operasi caesar merupakan prosedur pembedahan di mana bayi dilahirkan melalui sayatan pada dinding perut dan uterus ibunya. Dari jumlah bayi yang terinfeksi melalui penularan ibu ke anak, diyakini bahwa sekitar dua pertiga terinfeksi selama masa kehamilan dan sekitar saat persalinan. Proses persalinan melalui vagina dianggap lebih meningkatkan risiko penularan dari ibu ke anak, sementara operasi caesar telah menunjukkan kemungkinan terjadinya penurunan risiko. Kendatipun demikian, perlu dipertimbangkan juga faktor risiko yang dihadapi sang ibu.
·         Menghindari pemberian ASI: Risiko penularan dari ibu ke anak meningkat tatkala anak disusui. Walaupun ASI dianggap sebagai nutrisi yang terbaik bagi anak, bagi ibu penyandang HIV-positif, sangat dianjurkan untuk mengganti ASI dengan susu formula guna mengurangi risiko penularan terhadap anak. Namun demikian, ini hanya dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, bila formula bayi itu dapat dibuat dalam kondisi yang higienis, dan bila biaya formula bayi itu terjangkau oleh keluarga.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuat rekomendasi sebagai berikut:
Ketika makanan pengganti dapat diterima, layak, harganya terjangkau, berkesinambungan, dan aman, sangat dianjurkan bagi ibu yang terinfeksi HIV-positif untuk tidak menyusui bayinya. Bila sebaliknya, maka pemberian ASI eksklusif direkomendasikan pada bulan pertama kehidupan bayi dan hendaknya diputus sesegera mungkin.
Bila diduga bahwa anda telah terpapar HIV, hendaknya agar segera mendapatkan konseling dan melakukan testing/pemeriksaan HIV. Kewaspadaan hendaknya diambil guna mencegah penyebaran HIV kepada orang lain, seandainya  benar terinfeksi HIV.
Banyak tempat di mana tes HIV dapat dilakukan: di kantor praktek dokter swasta, departemen kesehatan setempat, rumah sakit, klinik keluarga berencana, dan tempat-tempat yang secara khusus dibangun untuk pengetesan HIV.
Semua orang yang melakukan tes HIV harus memberikan izin untuk di tes sebelum dites. Hasil tes harus mutlak dijaga kerahasiaannya. Ada berbagai jenis tes yang tersedia:
·         Tes HIV rahasia
Para ahli kesehatan yang menangani tes HIV menyimpan hasil tes dalam data medis secara rahasia. Hasil tidak dapat dibagi dengan orang lain tanpa izin tertulis dari orang yang dites.
·            Tes HIV Anonim
Nama orang yang dites tidak digunakan dalam kaitannya dengan tes ini. Sebagai gantinya, sebuah nomor kode diterakan dalam tes, yang memungkinkan individu yang dites menerima hasil tes. Tidak ada dokumen tersimpan yang dapat mengaitkan orang dengan tesnya.

Kerahasiaan bersama (shared confidentiality) dianjurkan, dalam artian kerahasiaan tersebut juga dipegang oleh orang lain yang mungkin meliputi anggota keluarga, orang yang dicintai, para pengasuh, dan teman-teman yang layak dipercaya. Namun perlu hati-hati dalam membuka hasil tes HIV karena dapat menimbulkan diskriminasi dalam perawatan kesehatan, serta lingkungan profesi dan sosial. Oleh karena itu keputusan atas kerahasiaan bersama harus sepenuhnya atas kehendak orang yang akan dites. Walaupun hasil tes HIV sebaiknya tetap dijaga kerahasiaannya, para ahli seperti konselor, pekerja sosial, dan pekerja kesehatan perlu juga untuk mengetahui status HIV-positif seseorang dalam upaya memberikan perawatan yang sesuai.

E.     Upaya yang dapat dilakukan bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
Berkat perkembangan pengobatan baru, kini terdapat lebih banyak orang yang hidup dengan HIV (ODHA) dapat menjalani hidup yang lebih sehat dan lebih lama. Sangatlah penting untuk memiliki dokter yang tahu bagaimana cara perawatan HIV. Konselor atau perawat terlatih dapat memberikan konseling dan merekomendasikan dokter yang tepat.
Selain itu juga dapat dilakukan hal-hal berikut agar tetap sehat:
·         Ikuti petunjuk dokter. Atur dan tepai janji dengan dokter. Bila dokter memberi resep, minumlah sesuai dengan yang tertera dalam resepnya.
·         Lakukan imunisasi (suntikan) untuk mencegah infeksi seperti pneumonia dan flu (setelah berkonsultasi dengan dokter anda).
·         Bila anda merokok atau menggunakan obat-obatan yang tidak diresepkan oleh dokter, segera hentikan.
·         Makan makanan yang sehat.
·         Berolahraga secara teratur agar tetap sehat dan kuat.
·         Tidur dan beristirahat dengan cukup.

























DAFTAR PUSTAKA


wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar