Kamis, 13 Desember 2012

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT AMPUTASI


KONSEP AMPUTASI

1.      Pengertian
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”. Amputasi juga dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh pasien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sistem kardiovaskuler. Lebih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi pasien berupa penurunan citra- diri (Harnawatiaj, 2008).

2.      Etiologi
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi seperti :
a.       fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin diperbaiki,
b.      kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki,
c.       gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat,
d.      infeksi yang berat atau berisiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya
e.       adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif,
f.       deformitas organ

3.      Klasifikasi
Jenis amputasi secara umum dibedakan menjadi:
a.       Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Yang memerlukan tekhnik aseptik ketat dan revisi lanjut.
b.      Amputasi Tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skait kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 m di bawah potongan otot dan tulang.
Berdasarkan pelaksanaannya, amputasi dibedakan menjadi:
a.       Amputasi Selektif/ Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternative terakhir.
b.      Amputasi Akibat Trauma
Amputasi akibat trauma merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalahmemperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum pasien.
c.       Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multipel dan kerusakan/ kehilangan kulit yang luas

4.      Penatalaksanaan
a.       Tingkat Amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua faktor yaitu peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional. Tujuan pembedahan adalah mempertahankan sebanyak mungkin panjang ekstremitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi protesis.
b.      Sisa Tungkai
·         Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi, menghasilkan sisa tungkai yang tidak nyeri tekan, dengan kulit yang sehat untuk penggunaan protesis.
·         Balutan rigid tertutup. Balutan rigid tertutup sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak, mengontrol nyeri, dan mencegah kontraktur.
·         Balutan lunak. Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan inspeksi berkala puntung sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan dengan balutan. Hematoma (luka) puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
c.       Amputasi bertahap. Amputasi bertahap bisa dilakukan bila ada gangren atau infeksi

5.      Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. Karena adanya pembuluh darah yang besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan massif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan, dengan peredaran darah buruk atau terkontaminasi luka setelah amputasi traumatika, dimana risiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat prostetis dapat menyebabkan kerusakan kulit ( Suzane & Brenda, 2001).
Kejadian klinis umum sering menjadi sumber ketidak nyamanan untuk kebanyakan pasien adalah sensasi fantom limb. Rasional untuk fenomena ini tidak jelas tetapi diyakini berhubungan dengan inflamasi potongan ujung saraf. Meskipun jarang, sensasi fantom limb dapat menjadi kronis, masalah berat yang memerlukan intervensi lebih agresif seperti blok saraf, psikoterapi, terapi obat, stimulasi saraf listrik atau eksisi neuroma (Engram, 2000).

6.      Indikasi
Adapun indikasi amputasi yaitu penyakit vascular perifer yang tidak dapat direkonstruksi dengan nyeri iskemik atau infeksi yang tidak dapat ditoleransi lagi, nyeri atau infeksi yang tidak dapat di toleransi lagi dalam pasien yang tidak dapat bergerak dengan penyakit vaskuler perifer, infeksi yang menyebar secara luas dan tidak responsive terdapat terapi konservatif, tumor yang responsnya buruk terhadap terapi nonoperatif, trauma yang cukup luas sehingga tidak memungkinkan untuk direparasi.

7.      Prosedur
a.       Amputasi ibu jari kaki
Tingkat transfalangeal dapat digunakan jika nekrosis terletak dari distal ke proksimal sendi interfalangeal.
b.      Amputasi transmetatarsal
Prosedur ini digunakan jika nekrosis memanjang dari proksimal ke proksimal sendi interfalangeal, tetapi distal dari kaput metatarsal pada permukaan plantar. Flap plantar panjang sering digunakan, memotong tulang metatarsal pada posisi tengah.


c.       Amputasi syme
Prosedur ini biasanya digunakan jika kaki telah hancur oleh trauma. Amputasi ini menyelamatkan panjang ekstremitas, mengangkat kaki antara talus dan kalkaneus.
d.      Amputasi dibawah lutut (BL)
Prosedur ini umumnya dilakukan pada penyakit vascular perifer stadium akhir. Prosedur ini memberikan rehabilitasi yang sangat baik karena dapat menyelamatkan sendi lutut. Kontraktur lutut atau panggul merupakan kontra indikasi dari  prosedur ini. Teknik flap posterior panjang umumnya digunakan, dan suatu prosthesis kadang-kadang digunakan segera setelah operasi.
e.       Amputasi di atas lutut (AL)
Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit vaskular perifer. Suatu amputasi AL yang tidak sembuh merupakan situasi yang tidak menyenangkan dengan mortalitas yang sangat tinggi. Flap kulit anterior dan posterior umumnya memberikan panjang yang sama, menggunakan insisi “mulut ikan”
f.       Disartikulasi panggul dan hemipelvektomi
Prosedur ini biasanya dilakukan untuk tumor ganas dari tungkai. Mungkin kadang-kadang dilakukan pada penyakit vascular perifer, tetapi biasanya mempunyai hasil yang buruk.
g.      Amputasi ekstremitas atas
Kebanyakan amputasi ini dilakukan dalam kasus-kasus trauma. Penyakit keganasan merupakan indikasi berikutnya yang paling umum. Penyakit penyumbatan arteri jarang yang membutuhkan amputasi ekstremitas atas; tetapi amputasi jari-jari sering dilakukan pada pasien dengan penyakit vaskular kolagen dan penyakit Buerger (Jong, 2005).

8.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Foto Rontgen (untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang)
b.      CT scan (mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomfelitis, pembentukan hematoma)
c.       Angiografi dan pemeriksaan aliran darah (mengevaluasi perubahan sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan jaringan setelah amputasi
d.      Kultur Luka (mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab)
e.       Biopsy (mengkonfirmasi diagnosa benigna/maligna)
f.       Led (mengidentifikasi respon inflamasi)
g.      Hitung darah lengkap/deferensial
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN AMPUTASI

A.    PENGKAJIAN
1.      Aktivitas/Istirahat
Gejala: keterbatasan aktual/antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi amputasi
2.      Integritas Ego
Gejala: masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial, reaksi orang lain, perasaan putus asa dan tidak berdaya
Tanda: ansietas, ketakutan, sensitif, marah, menarik diri, keceriaan semu
3.      Seksualitas
Gejala : masalah tentang keintiman hubungan
4.      Interaksi Sosial
Gejala: masalah sehubungan dengan kondisi tentang peran fungsi, reaksi orang lain.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri berhubungan dengan luka amputasi, pasca pembedahan
2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma, jaringan kulit yang terluka

C.     INTERVENSI
1.      Nyeri berhubungan dengan luka amputasi, pasca pembedahan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan maka nyeri dapat berkurang/hilang
Kriteria hasil:
®    Pasien mengatakan nyeri hilang/berkurang
®    Wajah klien tampak rileks dan tenang
®    Mampu tidur/istirahat
®    Pasien memahami nyeri dan mampu mengendalikan nyeri
Intervensi/Rasionalisasi:
a.       Kaji dan catat karakteristik, intensitas dan lokasi nyeri
R/ membantu dalam mengevaluasi kebutuhan dan keefektifan intervensi
b.      Tinggikan bagian yang sakit/tempat yang diamputasi
R/ mengurangi terbentuknya oedema dengan peningkatan aliran balik vena dan menurunkan kelelahan otot-otot akibat tekanan pada kulit/jaringan
c.       Berikan informasi tentang sensasi nyeri
R/ mengetahui sensasi nyeri memungkinkan pemahaman fenomena normal yang dapat terjadi selama beberapa hari/ minggu pasca operasi
d.      Berikan tindakan kenyamanan (misal: ubah posisi dan aktivitas teraupetik)
R/ meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping individu
e.       Berikan pijatan sesuai toleransi bila balutan telah dilepas
R/ meningkatkan sirkulasi dan menurunkan tegangan otot
f.       Kolaborasi dalam pemberian analgetik
R/ menurunkan sensasi nyeri dan spasme otot

2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma, jaringan kulit yang terluka
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi dan luka operasi terkontrol
Kriteria hasil:
®    Mencapai penyembuhan tepat waktu
®    Bebas drainase purulen atau eritema
®    Tidak demam dan tidak muncul tanda-tanda infeksi
Intervensi/Rasionalisasi:
a.       Pertahankan tekhnik aseptik bila mengganti balutan atau merawat luka
R/ meminimalkan kesempatan bakteri untuk introduksi bakteri
b.      Inspeksi balutan dan luka, perhatikan karakteristik drainase
R/ deteksi dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk intervensi tepat waktu dan mencegah komplikasi lebih serius
c.       Pertahankan potensi dan pengurangan drainase secara rutin
R/ meningkatkan penyembuhan luka dan menurunkan resiko infeksi
d.      Tutup balutan dengan plastik jika ingin ke kamar mandi
R/ mencegah kontaminasi pada amputasi tungkai bawah
e.       Awasi tanda-tanda vital
R/ peningkatan suhu dapat menunjukan sepsis
f.       Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur luka/drainase
R/ mengidentifikasi adanya infeksi
g.      Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
R/ terapi antibiotik disesuaikan dengan organisme khusus, untuk meminimalkan bakteri penyebab infeksi pada luka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar