Minggu, 16 Desember 2012

Asuhan Keperawatan Meningitis


LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS

A.    DEFINISI
Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ – organ jamur (smeltzer, 2001)
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter, araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang superficial. (neurologi kapita selekta, 1996)
B.     ETIOLOGI
1.      Bakteri : mycobacterium tuberculosa, diplococcus (pneumokok), neiseria meningitis (meningokok), streptococcus haemolyticuss, staphylococcus aereus, haemophilus influenza, escherchia coli, klebsiella pneumonia, pseudomonas aeruginosa
2.      Penyebab lainnya, virus, toxoplasma gondhii dan ricketsia
3.      Factor predisposisi : jenis kelamin laki – laki lebih sering dibandingkan wanita
4.      Factor maternal : rupture membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
5.      Factor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobulin
6.      Kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan system persarafan

C.    KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
a.       Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebabnya terseringnya adalah mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya virus, toxoplasma gondhii dan ricketsia.
b.      Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medulla spinalis. Penyebabnya antara lain : diplococcus pneumonia (pneumokok), neisseria meningitis (meningokok), streptococcus haemolyticuss, staphylococcus aereus, haemophilus influenza, ascherchia coli, klebsiella pneumonia, pseudomonas aeruginosa.

D.    PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi orofaring dan diikuti dengan septicemia, yang menyebar ke meningen otak dan medulla spinalis bagian atas.
Factor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena melalui nasoffaring posterior, telingan bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena – vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organism masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah kortekx, yang dapat menyebabkan thrombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolism akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medulla spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membrane ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intracranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier otak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindrom Waterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

E.     MANIFESTASI KLINIS
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK:
1.      Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2.      Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsive, dan koma
3.      Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut :
a.       Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot – otot leher.
b.      Tanda kernik positif : ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c.       Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan
4.      Mengalami foto fobia, atau sensitive yang berlebihan pada cahaya
5.      Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda – tanda perubahan karakteristik tanda – tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6.      Adanya ruam merupakan cirri menyolok pada meningitis meningokokal
7.      Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

F.     KOMPLIKASI
1.      Hidrosefalus obstruktif
2.      MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3.      Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4.      SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5.      Efusi subdural
6.      Kejang
7.      Edema dan herniasi serebral
8.      Cerebral palsy
9.      Gangguan mental
10.  Gangguan belajar
11.  Attention deficit disorder



G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a.       Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan  protein meningkat glukosa meningkat, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
b.      Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negative, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2.      Glukosa serum : meningkat (meningitis)
3.      LDH serum : meninggkat (meningitis bakteri)
4.      Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri)
5.      Elektrolit darah : abnormal
6.      ESR/LED : meningkat pada meningitis
7.      Kultur darah/hidung/tenggorokan/urine : dapat mengidentifikasikan daerah pusat infeksiatau mengidentifikasikan tipe penyebab infeksi
8.      MRI/skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematoma daerah serebral, hemoragik atau tumor
9.      Rontgen dada/kepala/sinus : mungkin ada indikasi sumber infeksi intracranial

H.    PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner & suddath yaitu :
a.       Pada semua tipe meningitis, status klinis pasien dan tanda-tanda vital dikaji terus menerus sesuai perubahan kesadaran yang dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas. Penemuann gas darah arteri, pemasangan selang endotrake (trakeostomi) dan penggunaan ventilasi mekanik
b.      Pantau tekanan arteri untuk mengkaji syok, uang mendahului gagal jantung dan pernafasan. Catat adanya vasokontriksi, sianosis yang menyebar, dan ekstremitas dingin. Demam yang tinggi diturunkan untuk menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen otak.
c.       Penggantian cairan intravena dapat diberikan, tetapi perawatan tidak dilakukan untuk melebihi hidrasi pasien karena risiko edema serebral
d.      Berat badan, elektrolit serum, volume dan berat jenis urine, dan osmolalitas urine dipantau secara ketat, dan khususnya bila dicurigai hormone sekresi antidiuretik yang tidak tepat (ADH)
e.       Penatalaksanaan keperawatan berkelanjutan memerlukan pengkajian yang terus menerus terhadap status klinis klien, pengkajian pada TTV (tanda-tanda vital), perhatikan terhadap kebersihan kulit dan mulut, serta peningkatan dan perlindungan selama kejang saat koma.
f.       Rabas dari hidung dan mulut dipertimbangkan infeksius. Isolasi pernafasan dianjurkan sampai 24 jam setelah mulainya terapi antibiotic

























I.       ASUHAN KEPERAWATAN
A.      pengkajian
1.      Airway
Tidak ada gangguan
2.      Breathing
Peningkatan kerja pernafasan.
3.      Circulation
Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia,syok,koma dan hipotermi.

B.      Diagnose dan intervensi keperawatan
1.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan otak, depresi SSP dan odema
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam.
Criteria hasil :
1.      Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
2.      Tanda-tanda vital dalam batas normal
3.      Tidak ada penurunan kesadaran
Intervensi :
a.       Tentukan factor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan erfusi dan potensial peningkatan TIK
b.      Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart
c.       Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
d.      Pantau tekanan darah
e.       Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman penglihatan dan penglihatan kabur
f.       Pantau suhu lingkungan
g.      Pantau intake, output, turgor
h.      Beritahu klien untuk menghindari/membatasi batuk, muntah
i.        Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
j.        Tinggikan kepala 15-45 derajat
k.      Berikan oksigen sesuai indikasi
l.        Berikan obat sesuai indikasi

2.      Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan diseminata hematogen dari patogen
Tujuan : tidak terjadi penyebaran infeksi
Criteria hasil : TTV dalam batas normal, tidak ada keluhan
Intervensi :
a.       Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
b.      Pertahankan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat
c.       Pantau suhu secara teratur
d.      Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur, demam yang terus menerus
e.       Auskultasi suara nafas, ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nafas dalam
f.       Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau)
g.      Berikan terapi sesuai indikasi









DAFTAR PUSTAKA

  1. Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
2.      Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
3.      Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC
4.      Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998.
5.      Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994.
6.      Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan; 1996.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar